Rabu, 11 Januari 2017

Keringat Tidak Pernah Berkhianat

If pain must come, may it come quickly. Because I have a life to live, and I need to live it in the best way possible...." By the River Piedra I Sat Down and Wept (Paulo Coelho).


Pada tahun 1903, George Wharton James memberikan uang 1 dollar kepada Charlie Talawepi of Orayvi untuk membawa pesan ke wilayah Keams Canyon. Talawepi berlari sejauh 72 mile dan membawa balasan pesan itu dalam waktu 36 jam. James adalah seorang guru, jurnalis dan juga juru foto yang terlahir dengan darah Inggris dan tahu soal sejarah kehebatan orang-orang dari masyarakat Hopi.

Sebut saja James belajar dari sejarah revolusi Pusble tahun 1680 saat orang-orang Hopi yang merupakan bagian dari sejarah panjang dari kebudayaan Indian di benua Amerika, mengirimkan seseorang kurir pesan untuk berlari dan mengantarkan pesan untuk mempersiapkan serangan ke Spaniards. Masyarakat Hopi berpesta, mereka berpesta dan merayakan ketepatan dalam mengirimkan pesan. Mereka tahu keringat tidak pernah berkhianat dan berlari akan tetap pakem memiliki garis finish entah itu tempat, landmark, di mana pun akan ada pencapaian akhir dalam berlari bahkan ketika berlari direvolusi dalam industri olahraga pasti akan selalu ada garis finish.



Seorang kawan saya Rima Madjid menggambarkannya saat berlari bersama anaknya di sebuah event d Jakarta:

KM 9

"Ayooo maaaam Last K
Target 1 jaam maam.. 1 jaaam
Kita gandengan masuk finish
Tinggal putar balik pancoran," 


"Gerbang Aldiron.. kamu pegang tangan mama erat2.. nyampe maam.. kita nyampeee..
Alhamdulillah ya Allah.. Semangat kamu Diit... Mama bersyukur kamu hadir di hidup mama.. Love you So much Diit,"

Kompetisi lari modern sering menyediakan 3 panggung untuk pemenang tetapi tidak semua mengejar podium (meski ada impian). "The most important thing. . . is not winning but taking part” kata Pierre de Coubertin si pencetus Olimpiade modern.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata lari dalam bentuk kata benda berarti arah dan tujuan. Dan kawan lariku, kita semua pastinya memiliki arah dan tujuan. Sepertinya halnya soal lelucon dalam berlari untuk menertawakan diri. "Sudah bayar, disiksa pula berlari jauh"



Kenapa kita berlari? Seringkali jawabannya adalah soal kesehatan dan tentu saja kita semua sepakat dengan jawaban itu. Mari coba kita putar sudut jawaban di atas ke arah lain. Dengan berlari ada relasi yang dibangun antara orang per orang dengan lingkungannya. Relasi itu melepas ikatan-ikatan darah, warna kulit, agama, malah mempererat hubungan-hubungan emosional antarmanusia. Setidaknya kita menertawai lelucon di atas bersama-sama dalam keadaan setara dan sepenanggungan.

Jika pun kita tidak pernah merasakan podium, tetapi kita akan tetap beromantisme soal keringat yang mengucur, sakitnya berlari, latihan bersama, harapan dan mimpi menjadi pemenang.

Bos saya di kantor menyebutnya romantisme tanpa rasa congkak.

0 komentar:

Posting Komentar