Rabu, 11 Januari 2017

Eko Prasetia dan Our Band is Crisis

Eko Prasetia jadi grand narasi malam itu. Eko Prasetia, entah siapa pemuda ini sehingga berhasil menerjemahkan gambar menjadi sebuah pesan yang penuh hasutan dan provokatif.

Menyebut nama Eko Prasetia memunculkan kilasan sebuah nama di dalam kepala yaitu seorang perempuan bernama Jane. Jane ada di dalam film berjudul 'Our Band is Crisis' (2015) yang sosoknya diperankan oleh Sandra Bullock. Jane adalah seorang master campaign, konsultan bagi Pedro Gallo, seorang politisi lokal dan calon presiden di Bolivia

"You know, when Adlai Stevenson was running for president, a woman came up to him on a rally one night and said, "Every thinking person will be voting for you." And Stevenson said, "Ma'am, that's not enough. I need a majority." kata Pat Candy yang menjadi sosok villain dalam film ini.

"I Need a majority" adalah kata kunci dalam perolehan suara. Saya tidak yakin Eko Prasetia pernah menonton film di atas, dirinya hanya yakin 8.000 followernya di Facebook akan menyerap informasi darinya yang di-blast lewat media sosial.  Terlepas apakah pesan Eko mengandung sisi politis atau tidak, toh niat utamanya adalah persepsi terhadap kelompok mayoritas dan semua orang.

Lagi-lagi pemikiran ini membawa saya dalam sebuah potongan kecil dialog dalam film 'Thank you for Smoking'. 

Nick Naylor:  OK, let's say that you're defending chocolate, and I'm defending vanilla. Now if I were to say to you: 'Vanilla is the best flavour ice-cream', you'd say...
Joey Naylor:  No, chocolate is.
Nick Naylor:  Exactly, but you can't win that argument... so, I'll ask you: so you think chocolate is the end all and the all of ice-cream, do you?
Joey Naylor:  It's the best ice-cream, I wouldn't order any other.
Nick Naylor:  Oh! So it's all chocolate for you is it?
Joey Naylor:  Yes, chocolate is all I need.
Nick Naylor:  Well, I need more than chocolate, and for that matter I need more than vanilla. I believe that we need freedom. And choice when it comes to our ice-cream, and that Joey Naylor, that is the defintion of liberty. 
Joey Naylor:  But that's not what we're talking about
Nick Naylor:  Ah! But that's what I'm talking about.
Joey Naylor:  ...but you didn't prove that vanilla was the best...
Nick Naylor:  I didn't have to. I proved that you're wrong, and if you're wrong I'm right.
Joey Naylor:  But you still didn't convince me 
Nick Naylor:  It's that I'm not after you. I'm after them. [points into the crowd] 

Eko ingin mencitrakan apa yang disampaikannya adalah benar. Saat foto wartawan (jurnalis foto) yang sedang duduk menunggu kabar berita sedang duduk didapatnya, maka kemudian diserapnya informasi gambar secara 'utuh' plus keterangan dengan nada provokatif. Tapi bisa saja kan pesan yang ditulis Eko bisa menceritakan sebaliknya?  Jawaban yang tepat (menurut saya) adalah semua itu adalah stigma di dalam diri Eko.

Peristiwa Eko Prasetia menarik lagi kepingan-kepingan memori saya pada perbincangan soal negative campaign dan black campaign. Tidak ada yang salah bagi seseorang melakukan kampanye (politik, sosial, agama, dan sebagainya), ini negara demokratis kok. Negative campaign tentunya menyerang titik lemah lawan berdasarkan fakta.

Ketika Eko menuduh orang lain sebagai buzzer, maka Eko Prasetia juga adalah seorang buzzer, spin doctor, dan tentunya pelaku dari black campaign.

Nah sekarang Eko Prasetia seakan menyatu secara utuh dengan makna harfiah 'Our Band is crisis'. Entah di mana sekarang Eko Prasetia ini? Yang pastinya Eko mengalami krisis, menyeret organisasi-organisasi di belakangnya, keluarga dan kawan kawannya.


0 komentar:

Posting Komentar